Sejarah

SEJARAH MAHASISWA PENCINTA ALAM ARTSAS

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNSRAT


A. Sejarah MPA Artsas.


Latar belakang beridirnya MPA Artsas tidak dapat dipisahkan dengan sejarah perkembangan organisasi Pencinta Alam di Indonesia. Seperti yang telah diketahui, kegiatan di alam bebas mulai dikenal di Indonesia sejak berdirinya kelompok pendaki gunung dan penjelajah rimba Wanadri di Bandung dan Mapala UI di Jakarta sekitar tahun 60-an. Kegiatan di alam bebas mulai berkembang pesat pada awal dekade 80-an. Hal ini dapat dilihat dengan menjamurnya kelompok-kelompok pencinta alam di Indonesia, temasuk di kota Manado Sulawesi Utara.

Saat ini, hampir setiap Perguruan tinggi negeri di Indonesia maupun swasta di Indonesia memiliki mahasiswa pencinta alamnya masing-masing. Demikian halnya di Universitas Sam Ratulangi Manado. Di Kampus “Tumou Tou” ini terdapat kelompok-kelompok mahasiswa pencinta alam di setiap fakultas. Selain itu juga terdapat organisasi Wapala Unsrat sebagai Wahana Mahasiswa Pencinta Alam di tingkat Universitas.

Sebenarnya, jauh sebelum terbentuknya MPA Artsas, di Fakultas Sastra Unsrat sudah terdapat kelompok-kelompok yang gemar bertualang di alam bebas. Kelompok ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang meminati kegiatan alam bebas. Mereka sering melakukan pendakian di gunung-gunung daerah Minahasa seperti gunung Klabat dan gunung Soputan, yang biasanya dilakukan pendakian saat-saat liburan. Sayangnya kelompok-kelompok ini belum terkoordinir dengan baik didalam suatu wadah organisasi.

Pemikiran-pemikiran untuk membentuk wadah organisasi pencinta alam mulai lahir sekitar pertengahan tahun 1987. Waktu itu sekitar bulan Juni 1987, kelompok mahasiswa sastra yang terdiri dari Julian Sinaga, Mustari, Sukri dll. Melakukan pendakian di gunung Klabat. Pada saat turun dari gunung Klabat mereka beristirahat sejenak melepaskan lelah di Pos Polisi Airmadidi sambil menunggu kendaraan Bus kembali ke Manado. Disaat istirahat itu, rekan Sukri mengemukakan gagasan untuk melakukan perjalanan melalui darat dengan berjalan kaki menyusuri jalan raya Trans Sulawesi dari Manado menuju Ujung Pandang.

Ide tersebut di sambut dengan antusias oleh rekan yang lain. Maka merekapun sepakat untuk merencanakan Trans Sulawesi. Dari situ, mulailah muncul pemikiran untuk membentuk wadah organisasi mahasiswa pencinta alam di Fakultas Sastra Unsrat. Dalam upaya melaksanakan ide kegiatan yang akan mereka lakukan.

Diskusipun berkembang kearah gagasan untuk menghimpun mahasiswa Sastra yang meminati kegiatan di alam bebas kedalam suatu organisasi. Wadah organisasi yang mereka inginkan adalah organisasi yang dapat mengkordinir mahasiswa sastra yang gemar bertualang dan dapat menampung kegiatan-kegiatan di alam bebas dengan membawa nama Fakultas Sastra Unsrat. Sepanjang perjalanan pulang ke Manado, mereka terus memikirkan nama dan bentuk organisasi yang mereka idamkan. Pada mulanya, organisasi tersebut diberi nama Palmas (Pencinta Alam Mahasiswa Sastra). Kemudian merekapun mulai melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan kegiatan trans Sulawesi.



Setelah melakukan persiapan selama kurang lebih satu tahun, trans Sulawesi pun dilaksanakan. Tim Trans Sulawesi yang terdiri dari Lucky Sangundang,Yulian Sinaga, Donald Semele, Alfian Anggu, Mustari Ismail dan Sukri berangkat dari Manado pada tanggal 5 Juni 1988. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 3 bulan. Sekitar akhir bulan Agustus, mereka tiba dengan selamat di Ujung Pandang setelah menempuh perjalanan ratusan kilo meter dengan medan yang cukup berat. Pada pertengahan bulan September 1988 mereka kembali ke Fakultas Sastra Unsrat di Manado.

Sementara itu, Senat mahasiswa Fakultas Sastra Unsrat melalui bidang minat bakatnya juga berusaha mengkoordinir kegiatan-kegiatan pendakian yang dilakukan mahasiswa pada saat libur kuliah. Mereka adalah Maxi Matau, Erick Haneman, Fredy Leko, Bravely Sahelangi, Erick Lengkong, dll.

Pada saat Tim Trans kembali dari Ujung Pandang, ketua senat mahasiswa pada waktu itu, Jeanne Imbang, mengusulkan agar dibentuk sebuah wadah organisasi mahasiswa pencinta alam di Fakultas Sastra Unsrat dan menyarankan agar kelompok Palmas mendapat bergabung dengan rekan-rekan yang lain guna membentuk organisasi tersebut. Maka diadakanlah pertemuan-pertemuan untuk membahas pembentukan organisasi mahasiswa pencinta alam yang bersifat otonom dan hanya terdiri dari mahasiswa Fakultas Sastra Unsrat.

Tujuan utama organisasi ini mencakup pertama, untuk menumbuhkan patriotisme yang sehat dan menanamkan rasa cinta tanah air di kalangan anggotanya. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Sue Hok Gie (salah seorang pendiri mapala UI), patriotisme yang sehat tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi, slogan-slogan, atapun indoktrine-indoktrine. Seseorang baru bisa mencintai sesuatu secara sehat, apabila dia mengenal dengan baik akan obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia hanya dapat ditumbuhkan dengan melihat Indonesia bersama rakyatnya dari dekat, hidup ditengah-tengah alam dan rakyat Indonesia pada umumnya. Adalah suatu hal yang mustahil, rasa cinta tanah air dapat dengan mudah ditumbuhkan melalui jendela bis, kaca mobil mewah atau layar televisi.

Tujuan kedua adalah, membidik dan melatih para anggotanya, baik mental maupun fisik melalui kegiatan dialam bebas, karena generasi yang sehat jasmani dan rohanianyalah yang dapat meneruskan proses pembangunan nasional.

Sedangkan tujuan yang katiga adalah, untuk mengembangkan semangat gotong royong, persudaraan, persatuan dan kesadaran sosial di kalangan anggotanya secara khusus dan mahasiswa Fakultas Sastra pada umumnya.

Setelah melalui pertemuan-pertemuan rutin yang membahas lebih lanjut mengenai pembentukan organisasi tersebut, mereka memutuskan untuk mengadakan penamaan anggota sebelum nama dan bentuk organisasi itu diputuskan. Penerimaan anggota baru dilaksanakan di G. Soputan pada tanggal 24-28 Desember 1988. Angkatan pertama yang mengikuti penerimaan tersebut antara lain: Febri Loho, Zulkarnain Botutihe, Yull Takaliuang, Edith, Marthen Rawung, Liana Maluegha, Amral Makasau, Junita Mantiri, Jasiran Tom Mamang, Yohanna Mende, Jerry Rahawarin, Halimah Daeng Hanafi, Maya Surentu,Gladys Rondonuwu, Novia Lembey, jenny Mandagi, Vecky mewoh, Silli Mokoginta, Jeane Mokoginta, Irianty Tapa, Jeane Wuntu, dll.

Setelah penerimaan anggota, diadakan pertemuan yang dihadiri oleh para perintis dan anggota angkatan pertama. Dari pertemuan tersebut disetujui bersama bahwa nama PALMAS diganti menjadi Mapala Sastra dan tanggal 5 Juni 1988 ditetapkan sebagai hari kelahiran organisasi Mapala Sastra. Setelah itu diadakan pemilihan pengurus pertama. Kemudian pengurus Mapala Sastra pertama yang terdiri dari rekan Febry sebagai ketua, Zulkarnain sebagai sekretaris dan Edith sebagai bendahara, dilantik bersama-sama anggota angkatan pertama. Pelantikan pertama dilakukan oleh saudara rekan Erick Haneman dan dilaksanakan di G. Soputan.

B. PERUBAHAN MENJADI MPA ARTSAS

Masih di tahun 1988, Senat Mahasiswa Fakultas Sastra melaksanakan kegiatan “Musik Siang Bolong” dilapangan Koni Sario. Pada waktu itu, mereka tengah mencari nama untuk kelompok band Fakultas Sastra yang akan tampil.Ssob (Bapak Drs. Reiner Ointe), mengusulkan sebuah nama yaitu “Artsas” untuk band fakultas. Nama “artsas” diambil dari kata “sastra” yang dibalik pengucapannya, seperti bahsa slang anak muda Manado yang tengah popular saat itu. Kata “artsas” juga merupakan akronim dari “art, sport and science” (seni, olah raga dan ilmu pengetahuan).

Dalam perkembangannya, nama “artsas” disepakati untuk dipakai sebagai nama setiap unit kegiatan mahasiswa yang ada di fakultas sebagai identitas organisasi kemasiwaan di Fakultas Sastra Unsrat. Kemudian nama “mapala sastra” (Mahasiswa Pencinta Alam Sastra) diubah menjadi mapala ”ARTSAS” Fakultas Sastra Unsrat.

Secara garis besar, kegiatan-kegiatan MPA ARTSAS adalah menjalankan perannya sebagai wadah penampung kegiatan kreatif dalam fakultas diluar kuliah, dan sebagai penghubung antara fakultas dan masyarakat, didalam fungsi timbal balik. Juga melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya non akademis dan akademis yang sling menunjang.

Sasaran kegitan MPA ARTSAS adalah melibatkan anggotanya secara khusus dan mahasiswa fakultas sastra unsrat pada umumnya atas beberapa bidang antara lain: kegiatan pendakian/penjelajahan hutan dan gunung, penyusuran pantai, long march dan hiking.

Dalam perkembangannya, kegiatan MPA ARTSAS berusaha ditingkatkan peran sertanya pada misi-misi search and rescue (SAR), melakukan pengabdian masyarakat, penelitian-penelitian ilmiah, mengadakan hubungan dengan pencinta alam baik dari dalam maupun luar negeri, bekerjasama dengan instansi-instansi lain yang berkaitan dengan kegiaan di alam terbuka dan lingkungan hidup, serta berupaya menambah bidang yang lain seperti penelusuran gua (caving) dan pemetaan gua, olahraga menyelam (diving), panjat tebing (rock climbing), serta arung jeram(rafting).


"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung." - Soe Hok Gie


4 komentar:

  1. Mantap.... Viva Artsas...!!!!!!

    BalasHapus
  2. Salam Lestari...Viva Artsas..by ART 1602 Y

    BalasHapus
  3. Jaya Selalu MPA ARTSAS, di darat, Laut dan udara. (ART. 1209 K )

    BalasHapus