Oleh: Viando
Imanuel Manarisip (ART 2202 Z)
Konservasi
Bercerita
tentang lingkungan hidup mungkin hanya sebagian orang saja yang mengerti dengan
kata “Konservasi”. Kata ini begitu akrab dikalangan pencinta alam maupun para
peduli lingkungan. Agustus lalu di kota Bitung (Sulawesi utara), ketika para Aktivis
Lingkungan memperingati Hari Konservasi Nasional disana terlihat dan didapati adanya
masyarakat yang masih bingung dan kurang paham dengan konservasi.
Konservasi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pemeliaraan dan perlindungan
sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan
pelestarian, namun secara harafia Konservasi adalah usaha untuk melestarikan
dan memperbarui sumber-sumber alam agar dapat memberikan manfaat ekonomi dan
sosial kepada masyarakat dalam jangka panjang.
Sumber-sumber
alam yang harus dilestarikan dan diperbaharui antara lain sungai, danau, laut,
hutan, dan kawasan alam terbuka serta populasi fauna yang beraneka ragam,
termasuk juga tanah yang subur dan udara yang bersih.
Konservasi
juga berarti langkah-langkah penghematan energi dengan penggunaan teknologi
yang efisien serta mengubah berbagai kebiasaan yang memboroskan energi.
Tentunya tujuan utama dari program konservasi adalah untuk melestarikan
berbagai jenis tumbuhan, hewan dan segala mahkluk penghuni alam yang merupakan
keanekaragaman hayati yang ada di planet bumi ini dengan cara melindungi bumi
dan air yang menjadi tempat mereka hidup.
Di
Indonesia, kebijakan koservasi diatur ketentuannya dalam UU 5/90 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. UU ini memiliki beberapa
turunan Peraturan Pemerintah (PP), diataranya:
1.
PP 68/1998 terkait pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA)
dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
2.
PP 7/1999 terkait
pengawetan/perlindungan tumbuhan dan satwa.
3.
PP 8/1999 terkait
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar/TSL
4.
PP 36/2010
terkait pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa (SM), taman nasional
(TM), taman hutan raya (THR), dan taman wisata alam (TWA).
Meskipun
luas Indonesia hanya 1,3% dari total permukaan bumi, namun sebagai negara
kepulauan, Indonesia merupakan habitat yang penting bagi 17% dari seluruh
spesies tumbuhan dan hewan dunia yang sangat unik dan tak dapat ditemukan di
belahan bumi manapun.
Indonesia
juga merupakan tempat hidupnya 17% dari seluruh spesies burung di dunia, 12%
dari seluruh mamalia, 16% dari semua jenis reptile dan hewan amfibi, serta 33%
dari seluruh spesies serangga di dunia.
Sebagai
negara kepulauan terluas di dunia, Indonesia banyak menghadapi bahaya kerusakan
lingkungan. Dan harus kita sadari kerusakan lingkungan tentunya berlangsung
lebih cepat daripada pemulihannya. Selain memerlukan waktu, diperlukan dukungan
banyak pihak untuk menjamin agar sumber-sumber alam di wilayahnya selalu
terjaga.
Slank
Slank
merupakan salah satu band Indonesia yang ikut campur dalam pelestarian
lingkungan di negara ini. Melalui musik, band yang sudah berkarya lebih dari 30
tahun ini sudah banyak menyuarahkan pesan-pesan lingkungan. Kepedulian mereka
terhadap lingkungan dan alam bisa didengar dari lagu-lagu ciptaan mereka
seperti “Gak Perawan”, “Alami”, “Bocah”, “Tepi Campuhan”, “Lembah Bailem” dll.
Bukan
hanya melalui lagu saja, Slank juga terlibat dalam kampanye lingkungan. Dimana
vokalis mereka Kaka Slank yang aktif dalam penolakan tambang di Pulau Bangka Minahasa
Utara dan Slank juga ikut melestarikan hewan endemik yang ada di Sulawesi Utara
yaitu Yaki. Dengan menjadi Duta Yaki, mereka aktif dalam kepedulian alam di
Bumi Nyiur melambai ini.
Bulan
Agustus lalu, ketika Manado kedatangan Band Slank dalam rangka kemerdekaan
Indonesia yang ke 70 Tahun, mereka mengadakan konser di Pantai Malalayang
(15/7/15). Bersama TNI AL
dalam tema “Save Our Littoral Life”. Bukan hanya membawakan lagu saja, Slank juga membawakan pesan saat konser hampir berakhir. Kepada penonton dan Slankers yang hadir saat itu Kaka Vokalis Slank menitip pesan “Selamatkan Pulau Bangka” kepada suluruh penonton saat itu.
dalam tema “Save Our Littoral Life”. Bukan hanya membawakan lagu saja, Slank juga membawakan pesan saat konser hampir berakhir. Kepada penonton dan Slankers yang hadir saat itu Kaka Vokalis Slank menitip pesan “Selamatkan Pulau Bangka” kepada suluruh penonton saat itu.
Band Slank dengan kostum SLANK SAVE YAKI. |
Dalam
kesempatan ini, pada jumpa pers yang berlangsung di Hotel Quality Manado
(16/7/15) Band Slank menerima piagam penghargaan dari TNI AL atas partisipasi dan dukungan dalam mensukseskan
kegiatan penyelaman dan penanaman terumbuh karang secara serentak di seluruh
Indonesia dan juga Upacara HUT ke 70 tahun RI dalam program Save Our Littoral
Life Korps TNI AL. Namun dalam kesempatan ini Abdee gitaris Slank tidak dapat
hadir berkumpul bersama kawan-kawannya karena sakit.
Ketika Slank Berbicara Konservasi
Jumpa Pers di Hotel Quality Manado |
Kenapa mau menjadi Duta Yaki
Kami jaga Yaki karena kami peduli |
Slank
tergugah ketika teman-teman dari “Yayasan Selamatkan Yaki” memberikan input
bahwa Yaki ini adalah hewan endemik Sulut yang jumlah populasinya telah
berkurang 80% dalam 40 tahun terakhir
akibat hilangnya habitat dan adanya perburuan. Ivanka Bassist-nya Slank,
mengenai yaki ia mengatakan “Terutama Yaki kan kita tahu, setelah dia lahir
butuh waktu 2 tahun untuk lahir, 1 yaki 1 bayi lagi! Makanya jangan makan yaki,
klo habis yaki di tanah Sulawesi berarti gak ada yaki lagi.” Ungkap Bassis-nya
Slank.
Dan
kita orang Indonesia, siapa lagi yang mau jaga yaki. Tentunya kalau bukan kita
siapa lagi! Ungkap anak-anak Slengean ini.
Pesan-pesan untuk slankers terkait Konservasi serta
bagaimana music terkait konservasi
Menanggapi
isu lingkungan Slank tidak pernah menyerah dalam menyebarkan pesan-pesan kepada
penggemarnya. Mereka merasa lebih efektif saat menyebarkan pesan mengenai
konservasi melalui konser daripada saat talkshow “karena orang cuma datang foto
daripada kita ngomong” ujar Kaka.
Melihat
aksi mereka diatas panggung, Kaka sebagai Vokalis Slank selain bernyanyi dia
juga sering menyampaikan pesan positif terhadap lingkungan. “Slank selalu mikir
bagaimaa caranya biar konser rock n roll membawa something positif. Seperti
Save Yaki, Save Pulau Terluar, Save Mangrove, Save Corral, Save Pantai,” Ucap
Kaka. Mengingat kita bangsa Indonesia sebagian besar penduduknya pesisir maka
kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikannya.
Mengenai
Konservasi, khususnya di Sulawesi Utara Slank sebagai Duta Yaki berharap Slankers
(penggemar Slank) bisa menjadi agen pelindung Yaki yang menyebarkan ke
teman-teman, saudara, ke kampungnya untuk mengajak peduli menjaga Yaki. “Jangan
makan yaki, jangan ditumis yakinya. Begitupun Floranya juga, serta hutannya juga
jangan diganggu nanti bajir lagi, ” Ujar Bimbim.
Dalam
hal ini Slank juga memberi pesan “Jangan ada yaki di pasar ekstrim”. Menanggapi
kasus perburuan Yaki memang harus di edukasi lagi kepada masyarakat, “Seperti
di bali ada kebiasaan makan penyu, Katanya itu dengan mitos agama, budaya tapi
setelah dicari gak ada sama sekali, itu cuma pembenaran. Jangankan yaki, makan
kelinci aja tega apalagi yaki yang bentuknya itu udah kaya manusia lucu fun,
jadi kita biasa makan yang wajar. Ujar Bimbim, Kaka, Ridho, dan Ivan.
Demikian
ungkap Bimbim dan kawan-kawan ketika diwawancarai oleh tim “Selamatkan Yaki”
mengenai salah satu hewan endemik di Sulawesi Utara yang terancam punah. Pada
jumpa pers yang berlangsung satu jam lebih ini, Slank begitu banyak menanggapi
isu lingkungan yang terjadi saat ini. Mari bersama SLANK kita lestarikan bumi
kita tecinta ini.
VIVA ARTSAS!!!
VIVA ARTSAS!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar