Kamis, 31 Maret 2016

KONSERVASI DAN SLANK

Oleh: Viando Imanuel Manarisip (ART 2202 Z)

Konservasi
Bercerita tentang lingkungan hidup mungkin hanya sebagian orang saja yang mengerti dengan kata “Konservasi”. Kata ini begitu akrab dikalangan pencinta alam maupun para peduli lingkungan. Agustus lalu di kota Bitung (Sulawesi utara), ketika para Aktivis Lingkungan memperingati Hari Konservasi Nasional disana terlihat dan didapati adanya masyarakat yang masih bingung dan kurang paham dengan konservasi.

Konservasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pemeliaraan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan pelestarian, namun secara harafia Konservasi adalah usaha untuk melestarikan dan memperbarui sumber-sumber alam agar dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial kepada masyarakat dalam jangka panjang.

Sumber-sumber alam yang harus dilestarikan dan diperbaharui antara lain sungai, danau, laut, hutan, dan kawasan alam terbuka serta populasi fauna yang beraneka ragam, termasuk juga tanah yang subur dan udara yang bersih.

Konservasi juga berarti langkah-langkah penghematan energi dengan penggunaan teknologi yang efisien serta mengubah berbagai kebiasaan yang memboroskan energi. Tentunya tujuan utama dari program konservasi adalah untuk melestarikan berbagai jenis tumbuhan, hewan dan segala mahkluk penghuni alam yang merupakan keanekaragaman hayati yang ada di planet bumi ini dengan cara melindungi bumi dan air yang menjadi tempat mereka hidup.

Di Indonesia, kebijakan koservasi diatur ketentuannya dalam UU 5/90 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. UU ini memiliki beberapa turunan Peraturan Pemerintah (PP), diataranya:

1.      PP 68/1998  terkait pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
2.      PP 7/1999 terkait pengawetan/perlindungan tumbuhan dan satwa.
3.      PP 8/1999 terkait pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar/TSL
4.      PP 36/2010 terkait pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa (SM), taman nasional (TM), taman hutan raya (THR), dan taman wisata alam (TWA).

Meskipun luas Indonesia hanya 1,3% dari total permukaan bumi, namun sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan habitat yang penting bagi 17% dari seluruh spesies tumbuhan dan hewan dunia yang sangat unik dan tak dapat ditemukan di belahan bumi manapun.

Indonesia juga merupakan tempat hidupnya 17% dari seluruh spesies burung di dunia, 12% dari seluruh mamalia, 16% dari semua jenis reptile dan hewan amfibi, serta 33% dari seluruh spesies serangga di dunia.

Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, Indonesia banyak menghadapi bahaya kerusakan lingkungan. Dan harus kita sadari kerusakan lingkungan tentunya berlangsung lebih cepat daripada pemulihannya. Selain memerlukan waktu, diperlukan dukungan banyak pihak untuk menjamin agar sumber-sumber alam di wilayahnya selalu terjaga.

Slank
Slank merupakan salah satu band Indonesia yang ikut campur dalam pelestarian lingkungan di negara ini. Melalui musik, band yang sudah berkarya lebih dari 30 tahun ini sudah banyak menyuarahkan pesan-pesan lingkungan. Kepedulian mereka terhadap lingkungan dan alam bisa didengar dari lagu-lagu ciptaan mereka seperti “Gak Perawan”, “Alami”, “Bocah”, “Tepi Campuhan”, “Lembah Bailem” dll.

Bukan hanya melalui lagu saja, Slank juga terlibat dalam kampanye lingkungan. Dimana vokalis mereka Kaka Slank yang aktif dalam penolakan tambang di Pulau Bangka Minahasa Utara dan Slank juga ikut melestarikan hewan endemik yang ada di Sulawesi Utara yaitu Yaki. Dengan menjadi Duta Yaki, mereka aktif dalam kepedulian alam di Bumi Nyiur melambai ini. 

Bulan Agustus lalu, ketika Manado kedatangan Band Slank dalam rangka kemerdekaan Indonesia yang ke 70 Tahun, mereka mengadakan konser di Pantai Malalayang (15/7/15). Bersama TNI AL
dalam tema “Save Our Littoral Life”. Bukan hanya membawakan lagu saja, Slank juga membawakan pesan saat konser hampir berakhir. Kepada penonton dan Slankers yang hadir saat itu Kaka Vokalis Slank menitip pesan “Selamatkan Pulau Bangka” kepada suluruh penonton saat itu.

Band Slank dengan kostum SLANK SAVE YAKI.
Dalam kesempatan ini, pada jumpa pers yang berlangsung di Hotel Quality Manado (16/7/15) Band Slank menerima piagam penghargaan dari  TNI AL atas partisipasi dan dukungan dalam mensukseskan kegiatan penyelaman dan penanaman terumbuh karang secara serentak di seluruh Indonesia dan juga Upacara HUT ke 70 tahun RI dalam program Save Our Littoral Life Korps TNI AL. Namun dalam kesempatan ini Abdee gitaris Slank tidak dapat hadir berkumpul bersama kawan-kawannya karena sakit.

Ketika Slank Berbicara Konservasi
 
Jumpa Pers di Hotel Quality Manado
Mengenai Konservasi, tentu ada alasan kenapa Slank mau terlibat dalam pelestarian alam di Sulawesi Utara. Dan mengenai alam di Indonesia Bimbim, Kaka, Ridho dan Ivan yang saat itu ditemui sebelum jumpa pers berlangsung mereka menanggapi bahwa Indonesia yang adalah milik kita sendiri dan juga merupakan paru-paru dunia yang harus kita jaga dan lestarikan serta habitatnya berbeda dengan negara-negara lain. “Apalagi di Sulawesi, kalo nyari binatang-binatang aneh banyak disini” Ungkap Bimbim.

Kenapa mau menjadi Duta Yaki
Kami jaga Yaki karena kami peduli
Slank tergugah ketika teman-teman dari “Yayasan Selamatkan Yaki” memberikan input bahwa Yaki ini adalah hewan endemik Sulut yang jumlah populasinya telah berkurang  80% dalam 40 tahun terakhir akibat hilangnya habitat dan adanya perburuan. Ivanka Bassist-nya Slank, mengenai yaki ia mengatakan “Terutama Yaki kan kita tahu, setelah dia lahir butuh waktu 2 tahun untuk lahir, 1 yaki 1 bayi lagi! Makanya jangan makan yaki, klo habis yaki di tanah Sulawesi berarti gak ada yaki lagi.” Ungkap Bassis-nya Slank.

Dan kita orang Indonesia, siapa lagi yang mau jaga yaki. Tentunya kalau bukan kita siapa lagi! Ungkap anak-anak Slengean ini.

Pesan-pesan untuk slankers terkait Konservasi serta bagaimana music terkait konservasi

Menanggapi isu lingkungan Slank tidak pernah menyerah dalam menyebarkan pesan-pesan kepada penggemarnya. Mereka merasa lebih efektif saat menyebarkan pesan mengenai konservasi melalui konser daripada saat talkshow “karena orang cuma datang foto daripada kita ngomong” ujar Kaka.

Melihat aksi mereka diatas panggung, Kaka sebagai Vokalis Slank selain bernyanyi dia juga sering menyampaikan pesan positif terhadap lingkungan. “Slank selalu mikir bagaimaa caranya biar konser rock n roll membawa something positif. Seperti Save Yaki, Save Pulau Terluar, Save Mangrove, Save Corral, Save Pantai,” Ucap Kaka. Mengingat kita bangsa Indonesia sebagian besar penduduknya pesisir maka kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikannya.

Pesan Untuk Para Slankers

Slank bersama salah satu tim dari Divisi Jurnalistik MPA ARTSAS
Mengenai Konservasi, khususnya di Sulawesi Utara Slank sebagai Duta Yaki berharap Slankers (penggemar Slank) bisa menjadi agen pelindung Yaki yang menyebarkan ke teman-teman, saudara, ke kampungnya untuk mengajak peduli menjaga Yaki. “Jangan makan yaki, jangan ditumis yakinya. Begitupun Floranya juga, serta hutannya juga jangan diganggu nanti bajir lagi, ” Ujar Bimbim.

Dalam hal ini Slank juga memberi pesan “Jangan ada yaki di pasar ekstrim”. Menanggapi kasus perburuan Yaki memang harus di edukasi lagi kepada masyarakat, “Seperti di bali ada kebiasaan makan penyu, Katanya itu dengan mitos agama, budaya tapi setelah dicari gak ada sama sekali, itu cuma pembenaran. Jangankan yaki, makan kelinci aja tega apalagi yaki yang bentuknya itu udah kaya manusia lucu fun, jadi kita biasa makan yang wajar. Ujar Bimbim, Kaka, Ridho, dan Ivan.

Demikian ungkap Bimbim dan kawan-kawan ketika diwawancarai oleh tim “Selamatkan Yaki” mengenai salah satu hewan endemik di Sulawesi Utara yang terancam punah. Pada jumpa pers yang berlangsung satu jam lebih ini, Slank begitu banyak menanggapi isu lingkungan yang terjadi saat ini. Mari bersama SLANK kita lestarikan bumi kita tecinta ini.

VIVA ARTSAS!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar